Tembus Cakrawala Lewat Membaca

Saya terlahir bukan dari sepasang orangtua yang berprofesi sebagai penulis handal atau pun yang gemar membaca. Maka tak heran jika saya bukan seorang yang gemar membaca atau disebut sebagai kutu buku. Buku tak pernah saya sentuh jika bukan karena suatu keharusan. Saya sangat bosan melihat tulisan yang begitu banyak apalagi jika berhalaman tebal. Itulah salah satu faktor yang membuat saya menjadi seorang pemalu saat kecil. Bisa berbicara tetapi tidak pandai untuk merangkai kata-kata yang lugas untuk dibicarakan dan takut berbicara dengan orang baru. Saat disuruh membuat karangan, saya juga tidak pandai menulis karena keterbatasan perbendaharaan yang saya punya. Saya juga lebih sering mengungkapkan ekspresi diri lewat gambar daripada harus berbicara dengan yang lain.

Waktu demi waktu berlalu. Entah mengapa saat saya duduk di bangku 4 sekolah dasar, saya mulai sedikit memiliki minat membaca. Pada suatu ketika, guru saya menawarkan koran BERANI kepada siswa/siswi sekelas saya dan mulai bercerita betapa bermanfaatnya membaca. Karena melihat cover dengan isinya berwarna-warni dan gambar yang sangat menarik, saya membelinya. Mulai saat itu, saya merasa sangat tertarik dengan koran dan tak pernah absen untuk membelinya. Setiap hari saya selalu menunggu guru saya membawa segenggam koran BERANI yang siap untuk dijual.

Saat SMP, entah mengapa saat saya berada di Gramedia, saya tertarik dengan salah satu novel sastra tahun 90an. Isi dan berbagai petikan kalimat manisnya sangat pas dengan suasana hati saya. Mulai saat itulah saya tertarik untuk membaca walaupun hanya lewat sebuah novel. Sehari saya bisa membaca satu buku novel saat waktu senggang. Saya juga mulai rajin pergi ke perpustakaan saat jam istirahat untuk meminjam novel. Sejak saat itu saya mulai merasakan sedikit perbedaan dalam diri saya. Mulai dari semakin cepat membaca, pandai mengarang, banyak kosa kata baru yang saya ketahui, mulai membuat cerita bahkan sampai mengikuti ekskul Jurnalistik saat SMP.

Walaupun kegemaran saya berawal dari membaca koran dan novel, cerita dalam novel juga bisa membawa pengaruh yang baik untuk kita para pembaca. Cerita dalam novel tersebut atau sebuah artikel menarik dapat membawa kita larut ke dalam dunia yang ada di dalam novel tersebut dan menyegarkan pikiran.

Karena kegemaran saya membaca dan menulis saat SMP, saya memilih untuk mengikuti ekskul Jurnalistik. Saya sangat berperan aktif dalam proses pembuatan majalah sekolah SMP saya yaitu, Gema Sleadie. Karena ini majalah sekolah, saya pun juga dituntut untuk sering membaca pengetahuan untuk menambah wawasan. Di ekskul ini selain diajarkan bagaimana menulis yang baik dengan berbagai macam tulisan yang harus bisa kita buat, kita juga diajarkan bagaimana bisa membaca cepat dan langsung mengerti dengan informasi apa yang kita dapatkan. Karena berbagai usaha dan kebiasaan itulah yang membuat saya terdorong untuk mengikuti lomba bidang Jurnalistik saat SMP.

Seperti kata pepatah, "Carilah ilmu sampai ke negeri Cina," saya berhasil membawa piala dan sertifikat sebagai Juara II Journalism Award 2013 oleh koran BERANI. Kemudian, saya semakin gemar membaca dan menulis serta percaya diri untuk berbicara di depan umum.

Setelah saya tamat sekolah Menengah Pertama dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sangat disayangkan tidak ada ekskul Jurnalistik. Sehingga saya hanya bisa meneruskan keterampilan saya lewat kebiasaan sehari-hari. Tetapi, rasa rindu saya dengan dunia Jurnalistik bisa terobati. Saya mengikuti organisasi di gereja pada bidang Jurnalistik, yaitu Komunikasi Sosial atau majalah gereja yang disebut majalah KOMPAK. Sama seperti saat SMP, saya juga sangat berperan aktif dalam penulisan majalah gereja sebagai staff redaksi.

Sekarang buku menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi saya. Membaca buku juga menjadi kebutuhan bagi saya. Maka tak heran sekarang dimana- mana bagian rumah saya selalu ada buku. Di kamar, di tempat tidur, di lantai, di ruang tamu bahkan ketika saya tidur pun dikelilingi buku. Saya dapat membaca buku, dalam berbagai kegiatan dimanapun-kemanapun.

Dulu karena keterbatasan perbendaharaan kata yang saya punya, kini saya mempunyai beragam perbendaharaan kata yang membuat saya bisa berbicara dengan lengkap dan lugas di depan umum tanpa terbata-bata. Selain itu nilai saya juga meningkat dan memori otak saya semakin membaik dalam menyerap dan memahami pelajaran di sekolah.

Efek yang saya alami dari kebiasaan membaca selama ini selanjutnya adalah semakin banyak kata yang saya kenal dan kata-kata tersebut terbawa pada ucapan sehari-hari. Sehingga artikulasi dan olah kata yang baik dapat membantu saya berbicara di depan sebagai salah satu kewajiban seorang yang berorganisasi.

Menurut sumber yang saya baca, seorang yang gemar membaca, pandai berbicara dan memiliki pengetahuan tentang berbagai topik akan cenderung mendapatkan karir lebih cemerlang dibandingkan mereka yang memiliki pengetahuan lemah, tidak gemar membaca dan kurangnya kesadaran bahasa. Tidak hanya perbendaharaan kata, membaca buku juga penting untuk mempelajari bahasa baru untuk menambah relasi kita di dunia kerja nanti.

Lebih jauh lagi membaca buku dalam pengetahuan dan pemahaman saya, juga bisa membuat otak saya selalu aktif dan sehat. Sebuah studi yang dilakukan oleh David Snowdown pada sekelompok suster biarawati dari School of Notre Dame mengungkapkan, bahwa pada umumnya usia hidup mereka yang gemar membaca berkisar antara 80an sampai 90an. Namun mereka jarang terkena penyakit yang mengganggu fungsi kinerja otak, seperti Alzheimer dan Demensia.

Selain itu, kegiatan gemar membaca buku ini juga mempengaruhi seseorang yang gemar membaca buku dalam hal kreativitas yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak atau kurang gemar membaca. Dengan kegiatan membaca buku, kita bisa berbagi pengalaman dengan orang lain tentang berbagai macam hal, yang nantinya bisa kita jadikan sebagai suatu bahan pertimbangan untuk dapat memutuskan sesuatu.

Manfaat terakhir inilah yang paling sangat saya rasakan efeknya yaitu membantu dalam pembuatan suatu karya tulis. Dengan semakin banyaknya perbendaharaan kata yang saya miliki, saya dapat membuat karya tulis sendiri dengan bahasa yang sebaik atau bahkan bisa lebih baik dari apa yang telah kita baca sebelumnya.

Sekarang saya mulai menuangkan semua karya tulis saya lewat sosial media, seperti blog pribadi dan wattpad. Setiap waktu luang, selalu saya habiskan entah dengan membaca atau menulis sesuatu di blog atau pun wattpad saya. Sekarang saya sangat berani dalam bersosialisasi dan berbicara di depan umum dengan bahasa yang efektif dan lugas.


Kini, Elsa yang pemalu berubah menjadi seorang Elsa yang percaya diri yang berani menembus cakrawala lewat membaca.

Demikianlah catatan kecil saya, sepenggal cerita hidup yang membawa pengaruh luar biasa hanya dengan cara mudah dan sederhana, yaitu "Membaca".

Komentar

Sarah Haderizqi mengatakan…
Aaa so inspiring Elsa 😍
Ruang Rasa mengatakan…
Aaa ada tamu besar mengunjungi blogku... Duta Anak Kota Tangerang😍😍

Postingan populer dari blog ini

Santa Pelindung Kaum Remaja - St. Jeanne d'Arc

Pelantikan PA/PS 2016 Paroki St. Agustinus

Tetap FEAR OF GOD dalam segala situasi dan menaruh pengharapan hanya kepadaNya